Setelah minggu lalu saya menghadiri undangan Duta Besar Perancis dalam acara makan siang sembari membahas Jazz dan Industri Musik bersama beberapa pelaku industri musik di Indonesia, minggu ini saya mendapat kesempatan untuk hadir di acara bertajuk "The New Wealth of Nations: Creative Industry in ASEAN Economic Community" yang diprakarsai oleh Sekolah Staf dan Pimpinan Departemen Luar Negeri (SESPARLU) bersama Centre for Strategic and International Studies (CSIS). Managing Director Universal Music Indonesia menjadi salah satu pembicara dalam sesi bertema "Local Music, Local Love". Keseluruhan acara ini termasuk dalam rangkaian kegiatan Digital Diplomacy Week.
Secara garis besar, hadirin kebanyakan dari kalangan diplomat. Mereka mencoba menggali potensi industri kreatif dan diplomasinya untuk mengembangkan ke pasar ASEAN. Acara ini seakan sedikit menjawab pertanyaan tulisan saya sebelumnya tentang apakah KBRI juga memfasilitasi diskusi antara artis/pelaku industri musik asal Indonesia dengan jaringan-jaringan brand serta bisnis musik di luar negeri. Semoga para diplomat kini memiliki gambaran lebih kelas tentang potensi industri musik di ranah global.
Saya memiliki pengalaman beberapa kali bersentuhan dengan perwakilan negara sahabat. Satu yang paling intens adalah dengan kedutaan Jepang ketika saya terlibat di banyak kegiatan promosi musik Jepang. Saya bisa diskusi dan bekerjasama dengan lembaga-lembaga seperti Jetro (Japan External Trade Organization); METI (Ministry of Economy, Trade and Industry); RIAJ (Recording Industry Association of Japan); Japan Foundation; VIPO (Visual Industry Promotion Organization); PROMIC (Foundation for Promotion of Music Industry and Culture). Selain lembaga itu, saya juga banyak dikenalkan pada eksekutif senior dari perusahaan-perusahaan Jepang di Indonesia dalam rangka mengembangkan kerjasama yang bertujuan mendukung ekspansi musik. Bayangkan sekian banyak organisasi dan lembaga yang bisa terhubung dalam rangka Jepang mempromosikan musik. Segala sisi mereka cari potensinya.
Hal ini mungkin bisa jadi contoh dengan menghubungkan industri musik Indonesia dengan pengusaha Indonesia di luar negeri, lembaga pendidikan, lembaga budaya baik dari swasta maupun pemerintahan. Setidaknya para diplomat diharapkan bisa membuka pintu bagi industri musik Indonesia. Percayalah orang Indonesia punya kemauan dan kemampuan untuk bekerja keras menembus pasar regional bahkan global.