Tuesday, December 3, 2013

Cari Jalanmu Sendiri! (Part 1)

Pilih yang Paling Berarti.


Apakah kamu mau berkarir dibidang yang kamu cintai? Kalau ditanya sekarang, saya pasti akan menjawab YA secepat kilat! Tapi untuk teman-teman yang sekarang masih sekolah pasti bingung menjawabnya. Saya akan cerita latar belakang saya yang akhirnya menemui jalan hidup yang diinginkan dan mencintainya.

Alhamdulillah, orangtua saya (terutama Ibu) membebasakan jalan hidup saya dan membiarkan memilih sendiri bidang yang ingin ditekuni. Bahkan di saat saya lulus SMP, bapak menantang saya jika tidak mau SMA pun boleh saja asal saya fokus ke pelatihan keterampilan. Waktu itu beliau memberi gambaran untuk sekolah tenis, golf, musik, atau apa pun yang mengarah ke karir profesional. Satu hal yang ditanamkan adalah saya pada akhirnya harus bertanggung jawab pada pilihan saya dan jalani hidup dengan konsekuensi yang telah dipilih. Ditantang seperti itu justru jadi saya yang ciut dan tetap menjalani SMA sambil terus nge-band. Entah kenapa sepertinya saya sangat kepincut dengan musik. Ketika lulus SMA, kembali ditantang untuk kuliah apa pun. Bahkan saat itu di kala sekolah seni masih belum populer, saya dianjurkan ibu saya untuk kuliah di IKJ. Benar-benar langka di sekitar saya, ada orangtua yang justru mendorong anaknya masuk sekolah seni.

Di sisi lain, saat itu di sekolah saya sangat gembar-gembor bahwa masuk universitas negeri adalah suatu pencapaian yang layak dikejar. Biaya yang lebih murah juga menjadi motivasi karena meskipun Alhamdulillah keluarga saya berkecukupan, saya mendoktrin diri sendiri untuk berkompetisi menjadi anak yang paling tidak merepotkan. Saya di SMA lebih suka ngeband, bikin majalah kelas, berkreasi, dan kegiatan kreatif lainnya. Saya sempat "memproduseri" album kompilasi sekolah tetangga yang akhirnya malah jadi album anthem saat mereka tawuran (damn!). Saya juga sudah sempat memproduksi sendiri mixtape yang berisi lagu EDM yang saya buat pakai Fruity Loops. Intinya saya suka dunia kreatif yang bisa membuat isi kepala saya begitu liar. Murid semacam saya ini di SMA saya menjadi para underdog yang dianggap nggak bakal sukses masuk universitas negeri. Ini jadi cambuk banget yang bikin mau buktiin kalau saya bisa dan saya akan datang kembali ke sekolah untuk mengabari para guru yang meragukan saya bahwa saya berhasil menjadi mahasiswa UI. Akhirnya kejadian lah, saya diterima di jurusan Kriminologi, Universitas Indonesia.

Meskipun saya masih bingung mau kemana setelah lulus nanti, tapi yang pasti saya puas bisa membuktikan pada mereka yang meragukan saya. Sebuah langkah gegabah yang tidak pernah saya sesali dan tentunya sangat berarti. Kenapa saya bilang berarti, karena mental orang yang merasa dikalahkan sebelum bertanding itu menyimpan potensi besar untuk melakukan serangan balik yang sukses. Secara mental, pilihan itu jadi landasan keberanian saya kedepannya. Saya pun bangga bisa kuliah dengan biaya lebih murah dibanding anak-anak teman orangtua saya.

Saya tipe yang kalau suka satu hal maka saya akan sangat dalami dan kalau tidak suka, saya akan acuh. Ini yang terjadi dimasa kuliah. Untuk mata kuliah yang saya suka nilainya bisa A, yang saya nggak suka, ya nilainya D atau bahkan E. Saya terakhir memegang rekor mahasiswa Kriminologi dalam hal mengulang mata kuliah Pengantar Ilmu Ekonomi yaitu sebanyak 4 kali. Entah apakah akhirnya rekor itu dipecahkan oleh adik kelas atau tidak, mudah-mudahan sih jangan ya. Nah di sisi lain, untuk skripsi saya yang membahas penangkapan ikan dengan menggunakan bom, saya begitu mendalami sampai benar-benar menelusuri di kampung-kampung nelayan, bertemu para pelakunya dan mengumpulkan data dari mereka. Saya bangga dengan usaha saya itu yang akhirnya skripsi itu mendapat nilai A. Di masa kuliah ini hasrat bermusik saya betul-betul memuncak, saya membentuk band Amazing in Bed yang akhirnya membawa saya ke ranah musik profesional (meskipun band nya indie). Ketika 3/4 perjalanan saya di kuliah itulah saya sadar bahwa bidang Kriminologi sebenarnya bukan jalan yang mau saya jalani untuk seumur hidup. Cinta saya ada di musik. Tapi apa artinya hidup kalau cuma terima nasib karena kuliah yang saya jalani ternyata tidak saya minati untuk berkarir di dunia itu. Saya harus cari jalan sendiri untuk bisa masuk ke dunia yang saya cintai!

(bersambung)

No comments:

Post a Comment