Saturday, December 26, 2015

Yuk, Pahami Royalti! (Bagian ke-1)


Seiring makin majunya industri kreatif di Indonesia, seharusnya makin baik pula industri musik tanah air. Sayangnya, banyak orang yang belum paham mengenai royalti, dalam hal ini untuk karya musik. Tak hanya orang umum kebanyakan, bahkan para pekerja seni dan pelaku industri musik pun masih banyak yang belum mengerti. Saya juga masih terus belajar karena kenyataannya industri musik berkembang terus sehingga banyak pengembangan mengenai royalti atas hak kekayaan intelektual.

Saya menemukan sebuah artikel yang ditulis oleh Ari Herstand, seorang penyanyi dan pencipta lagu asal Amerika Serikat. Ia adalah contoh musisi mandiri yang sudah sepenuhnya hidup dari musik. Ia banyak menulis pengalaman dan pengetahuannya di website pribadi yang menurut saya cukup menarik untuk disimak. Salah satu tulisan yang saya sorot kali ini adalah mengenai royalti. Karena tak banyak artikel tentang subyek ini yang semudah ini untuk dipahami. Saya akan coba meringkasnya lagi dalam bahasa Indonesia karena saya yakin banyak musisi yang ingin tau tentang royalti. Saya akan coba mengulasnya dan mengadaptasi ke industri di Indonesia.


Penjelasan mengenai royalti tentu bukan bahasan singkat. Karena itu saya harus membaginya ke beberapa artikel tulisan. Dalam bagian pertama ini, saya akan meringkas beberapa pihak dan istilah yang paling dasar. Sedangkan mengenai jenis royalti, mekanisme di AS serta pembahasan adaptasinya di Indonesia akan diulas di bagian-bagian selanjutnya lagi.

Mari kita awali dengan pihak paling dasar yaitu artis dan pencipta lagu. Dilanjutkan istilah-istilah dasar.

Artis
Artis adalah pelaku rekaman, atau bisa dibilang pihak yang melakukan tindakan bernyanyi, memainkan instrumen musik dan direkam. Artis bisa dalam bentuk perorangan maupun kelompok. Seorang artis belum tentu menciptakan lagunya sendiri, namun tidak tertutup kemungkinan menjadi pencipta jika rekaman lagu tersebut juga merupakan ciptaannya. Jika tergabung di label rekaman maka perusahaan labelnya yang menjadi perwakilan atas rekaman/artis tersebut.

Pencipta Lagu
Pencipta lagu adalah orang yang menciptakan komposisi sebuah lagu. Jika lagu itu dinyanyikan orang lain dan direkam, maka si pencipta lagu hanya menjadi pencipta lagu. Sedangkan jika ia menciptakan dan menyanyikan lagu itu maka selain sebagai pencipta, ia juga akan tercatat sebagai artis. Contohnya Yovie Widianto yang menciptakan lagu untuk 5Romeo, maka Yovie Widianto disebut pencipta. Ketika Yovie Widianto menciptakan lagu untuk Yovie & Nuno maka Yovie Widianto tercatat sebagai pencipta dan artis.

Rekaman Suara
Biasa disebut juga "Master". Rekaman suara ini adalah hasil final rekaman artis yang dirilis. Bukan bagian-bagian mentah dari sebuah karya rekaman. Rekaman suara juga bukan komposisi. Biasanya master dimiliki oleh label kecuali dalam bentuk kerjasama lain misalnya master hanya dilisensi oleh label untuk jangka waktu tertentu. Maka kepemilikan/hak komersialisasi tersebut tidak selalu selamanya berada di satu label tertentu.

Komposisi Lagu
Komposisi adalah dasar lagu. Bukan rekamannya. Komposisi adalah hasil karya pencipta lagu. Biasanya perusahaan publishing yang mengumpulkan/menagih royalti atas komposisi. Hal ini karena komposisi dan pencipta lagu direpresentasikan oleh perusahaan publishing.

Untuk anda yang merupakan musisi, pahami dulu posisi anda. Apakah artis, pencipta lagu, atau keduanya? Pahami juga bahwa hal ini berlaku untuk tiap-tiap single/lagu. Jangan sampai ada pihak yang merasa dirugikan karena punya andil dalam penciptaan lagu namun tidak mendapat haknya. Setelah mengetahui penjelasan tentang pihak/istilah dasar ini, barulah kita bisa berangkat ke pembahasan lain di bagian berikutnya.

Anda juga bisa baca langsung dari sumbernya:

Saturday, December 19, 2015

Abbey Road Red dan Pengembangan Bisnis Studio Musik


Bagi yang berkecimpung di dunia musik pasti tahu Abbey Road, studio musik paling legendaris di dunia. Tempat ini jadi begitu besar terutama karena The Beatles. Namun jangan salah, band Indonesia pun ada yang rekaman disana seperti GIGI, /rif dan J-Rocks. 

Hal yang akan kita bahas di sini adalah tentang langkah Abbey Road Studio meluncurkan lini bisnis yang mereka namakan Abbey Road Red. Selain itu mari kita kaji singkat potensi pengembangan bisnis studio musik di tanah air.

Merujuk situs resmi Abbey Road dan artikel yang dilansir TechCrunch, Abbey Road Red adalah sebuah departemen inovasi yang dirancang untuk mendukung suksesnya para usahawan, peneliti serta pengembang di bidang teknologi musik. Mereka memiliki program inkubasi start-up khusus bidang ini dan diklaim sebagai satu-satunya di Eropa saat ini.

Start-up yang masuk ke dalam program inkubasi akan mendapat akses ke fasilitas dan keahlian-keahlian yang dimiliki Abbey Road dan Universal Music. Termasuk diantaranya program mentorship, menjadi penasihat serta akses studio sebagai tempat percobaan. 


Salah satu start-up yang sudah tergabung adalah Titan Reality yang mengembangkan instrumen dan antarmuka musik menggunakan teknologi 3D sensing. Tanggal 18 Desember ini mereka baru saja menutup pendaftaran program inkubasi start-up untuk umum. Menarik untuk memantau start-up company apa yang akan mendapat kesempatan ini.

Untuk para ilmuwan, Abbey Road Red mengidentifikasi berbagai perkembangan teknologi musik sejak tahap awal dan bekerjasama mengembangkan teknologi musik terbaru yang inovatif. 

Dari segi bisnis, Abbey Road meminta 2% ekuitas dari start-up tersebut dan kesempatan investasi pada putaran-putaran pendanaan berikutnya. Sebuah langkah bisnis yang cukup maju untuk sebuah studio musik.

Abbey Road sebagai nama legendaris di dunia musik mampu membawa bisnisnya merentang ke berbagai sektor. Pemasukannya bukan hanya dari proses rekaman atau sewa studio termasuk jasa pengolahan audio (mix & master). Sebagai brand, nama Abbey Road sudah memiliki posisi pemasaran yang kuat. Produsen speaker premium asal Inggris, Bowers & Wilkins dengan bangga mengomunikasikan Abbey Road sebagai pengguna produknya hingga bahkan mereka siapkan seksi khusus di website dan gerai mereka untuk ini. Google membuat tur virtual bernama Inside Abbey Road yang memberi kesempatan siapa pun menelusuri seluk beluk studio ini. Abbey Road Studio membuktikan kalau mereka terus berinovasi dan mengembangkan bisnisnya. Sebuah langkah yang harus dipelajari pelaku bisnis studio di Indonesia.


Menurut saya beberapa nama studio di Indonesia sudah mulai memiliki brand kuat. Lokananta sepertinya sudah mempunya tempat tersendiri di industri. Tak jarang musisi Indonesia pun akan bangga menyebut nama Lokananta sebagai tempat rekaman dan hal itu sudah dianggap menjadi nilai jual. Merchandising, tur wisata hingga program pendidikan harusnya bisa jadi bisnis menarik. Studio musik lain juga harusnya bisa mencobanya. Satu hal yang penting adalah konsistensi brand marketing agar nama studio mampu jadi brand yang diminati oleh banyak orang dan punya nilai jual. Sudah saatnya studio musik di Indonesia berkibar tak cuma di belakang layar.


Sumber:



Sunday, December 6, 2015

Zine Bawah Tanah Pegawai Pemerintahan


Berkesempatan diwawancarai oleh majalah ini. Sebuah majalah bawah tanah dari kumpulan pegawai pemerintahan lintas wilayah di sebuah instansi. Penerbitannya mandiri, tanpa iklan dan nol komersialisasi. Isinya penuh artikel musik dari sudut pandang yang jujur. Ingat zine bawah tanah macam Brainwash dan Trolley? Ini bagaikan resureksinya.

Saya terhubung dengan majalah ini lewat seorang kawan masa sekolah. Dulu kami sama-sama punya band ska masing-masing di sekolah. Singkat cerita saya dan kawan ini masih berkomunikasi via Facebook hingga kini. Ia pun akhirnya menanyakan kesediaan saya untuk diwawancara mengenai pekerjaan. Kolomnya adalah pembahasan karir di luar bidang-bidang umum yang ada di instansi mereka. Wawancara dilakukan via email karena teman saya ini dinas di Jawa Tengah. Menarik mendengar cerita dibalik majalah ini. Membuka mata kita bahwa ada anak-anak "bawah tanah" yang jadi penyelenggara negara memberi napas lega buat saya.

Salut buat mereka yang masih bersemangat menyisihkan gajinya untuk melestarikan format "Zine" dalam bentuk yang luar biasa bagus. Maaf saya tidak bisa buka dari instansi mana para pemrakarsa majalah ini karena takutnya dibredel atasan mereka.

Salut!